Tak Diberangkatkan Ke Inggris, Calon Pekerja Imigran Minta Kembalikan Uang

0
28

Pringsewu, Penacakrawala.id – Pius, pria asal Pringsewu meminta kepastian keberangkatan dirinya untuk bekerja sebagai pekerja imigran di Inggris.

Pasalnya, Pius telah membayarkan uang sebanyak puluhan juta untuk mengikuti program kerja sebagai pemetik buah musiman di Inggris.

Namun, hingga November 2024, janji keberangkatan yang diatur oleh PT Mardel melalui Forum Komunikasi (Forkom) tak kunjung terwujud, sementara uang yang telah disetor tak ada kejelasan nasibnya.

“Saya dan istri sudah mengeluarkan uang Rp 60 juta untuk semua proses,” kata dia, Minggu (1/12/2024).

“Kalau keberangkatan memang sudah tidak mungkin, kami minta uangnya dikembalikan saja,” harap Pius.

Program Seasonal Worker United Kingdom yang dikelola PT Mardel menawarkan peluang kerja sebagai pemetik buah musiman di Inggris.

Namun, dari 200 pendaftar asal Lampung, hanya satu orang yang diberangkatkan sepanjang 2024.

Pius menuturkan, ia dan istrinya telah melewati semua tahapan administrasi, termasuk wawancara.

Forkom bahkan menjanjikan keberangkatan peserta secara bertahap antara Mei hingga Juli 2024.

Namun, hingga kini, janji itu tak kunjung terwujud.

“SIP (Surat Izin Perekrutan) sudah habis masa berlakunya sejak 4 Juli, dan sekarang musim dingin, jadi jelas tidak mungkin lagi ada keberangkatan tahun ini,” kata Pius.

Pius mengungkapkan total dana yang telah ia keluarkan untuk program ini mencapai Rp 39 juta lebih untuk dirinya sendiri.

Dengan rinciannya meliputi registrasi Forkom Rp 2 juta, percepatan keberangkatan Rp 6 juta, support PT Mardel Rp 30 juta, dan biaya tambahan lain-lain seperti sebesar Rp 1 juta.

Selain itu, peserta juga diminta menyiapkan dana tambahan Rp 10 juta untuk pengurusan visa dan medical check up full, meski hal tersebut belum pernah direalisasikan.

Pius menilai, dengan program yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, uang yang telah disetorkan seharusnya segera dikembalikan kepada peserta.

“Kami hanya ingin uang kami kembali, karena besar dana itu hasil utang,” tegasnya.

Dia juga mengklaim penarikan dana tetap dilakukan padahal dalam proses seleksi pihak AGRI-HR menegaskan tidak boleh ada biaya di luar ketentuan.

Hal itu sesuai dengan keterangan Direktur AGRI-HR Jan Willem Naerebout yang mengatakan para pekerja tidak dibenarkan membayar biaya apapun di luar ketentuan tersebut.

Dalam upayanya, Pius mengaku telah berulang kali menghubungi pihak Forkom yang bertugas menyalurkan dana ke PT Mardel.

Namun, dirinya sulit dihubungi, Pius kemudian mengalihkan komunikasinya ke Ketua Forkom Lampung.

Dari pesan WhatsApp, Pius menyebut, ketua Forkam Lampung menyatakan pengembalian dana sedang dalam proses pencairan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Namun, Pius menyangsikan proses tersebut, ia menduga ada penyimpangan dalam pengelolaan dana yang membuat pengembalian menjadi berlarut-larut.

“Seharusnya pengembalian dana itu bisa langsung dari PT, saya curiga ada praktik tambal sulam yang membuat proses ini semakin rumit,” katanya.

Ia pun turut mempertanyakan ketimpangan antara jumlah pendaftar dan kuota yang disediakan.

Berdasarkan informasi yang ia terima, jumlah pendaftar mencapai lebih dari 1.000 orang, sedangkan kuota nasional dari Kementerian Ketenagakerjaan hanya 500 orang.

“Tahun ini hanya 180 orang yang diberangkatkan secara nasional. Sisanya seperti kami ini hanya diberi janji-janji,” sambungnya.

Pius berharap pihak Forkom dan PT Mardel segera bertindak dengan mengembalikan uang peserta yang gagal berangkat.

Ia juga meminta agar tidak ada lagi program serupa yang merugikan masyarakat.

“Ini sudah cukup. Kalau memang programnya tidak berjalan, kembalikan uang kami, jangan sampai ada korban baru,” pungkasnya.(**/red)